Indonesia Jadi Raja Baru E-Commerce Dunia, Tepat di Bawah Tiongkok

Indonesia mencetak prestasi membanggakan di kancah global. Berdasarkan riset YouGov 2025, Indonesia berhasil menempati peringkat kedua dunia dalam preferensi belanja online, tepat di bawah Tiongkok dan di atas India. Dari 55 pasar global yang disurvei, Indonesia muncul sebagai salah satu negara dengan konsumen paling aktif dan antusias dalam berbelanja daring. Temuan ini menempatkan Indonesia sebagai pusat perhatian baru dalam perkembangan e-commerce internasional.

Capaian tersebut mencerminkan perubahan signifikan dalam perilaku konsumen domestik yang semakin kritis dan digital savvy. Dengan dukungan ekosistem marketplace, infrastruktur pembayaran digital, serta penetrasi internet yang kian meluas, Indonesia kini dipandang sebagai pasar strategis yang mampu bersaing di panggung global. Fakta ini bukan hanya mengangkat nama Indonesia, tetapi juga menegaskan bahwa tren belanja online telah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat.

Fakta Pencapaian Global

Survei YouGov 2025 dilakukan melalui YouGov Profiles dan YouGov BrandIndex dengan responden lebih dari 5.000 konsumen online di Indonesia dan ratusan ribu konsumen global. Hasilnya menunjukkan bahwa Indonesia kini menjadi salah satu pasar e-commerce paling aktif di dunia.

Keberhasilan Indonesia berada di peringkat kedua global menunjukkan daya saing yang semakin matang dalam lanskap digital. Mengungguli India dengan populasi serupa, Indonesia menunjukkan bahwa adopsi belanja daring tidak hanya dipengaruhi oleh jumlah penduduk, tetapi juga kesiapan ekosistem digital dan perilaku konsumen yang progresif.

Mengapa Indonesia Bisa Melonjak?

Ada beberapa faktor utama yang menjelaskan mengapa Indonesia berhasil menduduki posisi istimewa ini:

  1. Dominasi Marketplace Lokal dan Regional

Platform seperti Shopee, Tokopedia, Lazada, hingga TikTok Shop (sebelum pembatasan) sangat berpengaruh dalam mendorong penetrasi belanja online. Ekosistem marketplace ini memberi akses mudah bagi konsumen sekaligus wadah bagi UMKM.

  1. Pertumbuhan Pengguna Internet dan Mobile-First Economy

Indonesia dikenal sebagai negara dengan basis pengguna smartphone yang sangat besar. Data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) juga menunjukkan penetrasi internet yang terus naik, mendukung adopsi belanja digital.

  1. Perilaku Konsumen yang Adaptif dan Kritis

Konsumen Indonesia bukan hanya rajin berbelanja online, tapi juga semakin cerdas. Menurut riset YouGov, sebanyak 79% konsumen selalu mencari promo, dengan gratis ongkir sebagai incaran utama. Faktor lain yang memengaruhi keputusan belanja meliputi harga lebih murah (68%), pilihan produk lebih banyak (57%), promo/diskon (48%), kemudahan belanja (47%), serta kualitas layanan pengiriman (46%) .

  1. Perubahan Pola Konsumsi Produk

Dalam empat tahun terakhir, terjadi lonjakan signifikan pada kategori produk yang dibeli secara online. Pakaian dan sepatu naik sebesar +18%, sementara kategori musik, video, dan buku naik +15%. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen semakin percaya pada e-commerce, bahkan untuk produk yang dulu lebih sering dibeli secara offline.

Perbandingan Global antara China, Indonesia, India

  • China (#1): Didukung oleh raksasa e-commerce seperti Alibaba, JD.com, dan Pinduoduo, Tiongkok masih menjadi pemimpin tak tergoyahkan dalam pasar e-commerce global.
  • Indonesia (#2): Kejutan besar datang dari Indonesia, yang melesat menjadi pasar terbesar kedua berkat kombinasi populasi digital yang besar, tingginya minat belanja daring, dan peran marketplace lokal.
  • India (#3): Meski memiliki potensi besar dengan populasi masif, preferensi belanja online di India masih kalah dibanding Indonesia. Retail offline di India tetap sangat kuat, sehingga adopsi e-commerce berjalan lebih lambat.

Kenyataan bahwa Indonesia mampu menyalip India menandakan pergeseran fokus global. Investor, brand internasional, hingga penyedia layanan teknologi kini melirik Indonesia sebagai pasar utama di luar Tiongkok.

Insight Perilaku Konsumen Indonesia

Selain faktor harga dan promo, riset YouGov juga mengungkap perbedaan pola belanja lintas generasi, di mana para konsumen Gen Z lebih percaya pada influencer dan banyak mengonsumsi konten fesyen serta kecantikan, sedangkan generasi milenial mengandalkan ulasan produk serta lebih tertarik pada konten bisnis dan keuangan, dan Gen X cenderung percaya pada rekomendasi keluarga atau teman, serta menyukai konten kesehatan dan kebugaran.

Selain itu, konten video menjadi salah satu faktor besar dalam mendorong keputusan belanja. Video hiburan, komedi, hingga kuliner merupakan genre favorit, sementara fesyen dan kecantikan dominan di kalangan Gen Z .

Bagi brand, temuan ini menjadi peluang emas untuk menyesuaikan strategi pemasaran digital sesuai segmentasi generasi dan preferensi konten.

Dampak terhadap Ekonomi Digital Indonesia

Pencapaian Indonesia di peringkat kedua dunia dalam preferensi belanja online memberi dorongan besar bagi perkembangan ekonomi digital. Ribuan UMKM kini semakin percaya diri untuk merambah e-commerce, sebab pasar yang terbuka luas menjanjikan akses konsumen yang lebih besar, baik di dalam negeri maupun internasional. Transformasi digital ini memungkinkan produk lokal lebih mudah menembus pasar ekspor, sekaligus mempercepat pemerataan ekonomi di berbagai daerah.

Selain itu, Indonesia kian dilirik sebagai magnet investasi asing, khususnya di sektor teknologi, logistik, dan layanan pembayaran digital. Masuknya investasi membawa modal, inovasi, dan transfer teknologi yang akan memperkuat ekosistem digital nasional. Lebih dari itu, pencapaian ini menempatkan Indonesia sebagai pusat gravitasi e-commerce di Asia Tenggara, menggantikan dominasi India di luar Tiongkok, sekaligus membuka peluang baru untuk memperkuat posisi sebagai pemain kunci dalam perekonomian digital global.

Tantangan yang Harus Dihadapi

Meski prestasi ini membanggakan, Indonesia masih menghadapi sejumlah tantangan:

  1. Infrastruktur Logistik: Ketimpangan distribusi barang antara kota besar dan daerah terpencil masih cukup besar.
  2. Perlindungan Konsumen: Regulasi terkait keamanan data, barang palsu, dan layanan purna jual harus semakin diperkuat.
  3. Persaingan Harga: Perang diskon antar-marketplace bisa berisiko menekan margin penjual, khususnya UMKM.
  4. Keberlanjutan UMKM: Perlu strategi agar UMKM tetap bertahan di tengah dominasi pemain besar.

Kesimpulan

Keberhasilan Indonesia menduduki posisi kedua dunia dalam preferensi belanja online menjadi penanda penting bahwa transformasi digital di tanah air telah berjalan ke arah yang tepat. Konsumen yang semakin melek teknologi, UMKM yang semakin percaya diri merambah e-commerce, serta derasnya arus investasi asing membuktikan bahwa potensi ekonomi digital Indonesia terus berkembang pesat. Momentum ini membuka peluang besar untuk memperkuat daya saing nasional di tengah arus globalisasi.

Meski demikian, tantangan tetap menanti. Infrastruktur logistik, regulasi perlindungan konsumen, hingga keberlanjutan UMKM di tengah persaingan ketat harus segera ditangani. Jika mampu mengatasi hambatan tersebut, Indonesia bukan hanya akan dikenal sebagai pasar besar, tetapi juga sebagai kekuatan utama yang menentukan arah perkembangan e-commerce dunia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *