Video Commerce 90% Naik, Apa Artinya untuk E-Commerce Lokal?

Video Commerce 90% Naik, Apa Artinya untuk E-Commerce Lokal?

Lonjakan 90% transaksi video commerce di Indonesia menunjukkan satu fakta penting, konsumen kini tidak lagi puas dengan tampilan foto produk atau deskripsi panjang. Mereka ingin pengalaman yang lebih dekat, lebih nyata, dan lebih personal. Video commerce memenuhi kebutuhan itu dengan cara paling sederhana dengan menunjukkan produk apa adanya, dipandu manusia, dan disampaikan dalam suasana yang terasa familiar. Karena itu, perubahan perilaku konsumen tidak hanya berdampak pada penjualan, tetapi juga mengubah struktur supply chain, strategi brand, hingga cara bisnis kecil bertahan di tengah banjir konten dan persaingan e-commerce.

Perkembangan ini menciptakan ekosistem baru dalam perdagangan digital Indonesia. Bukan hanya soal transaksi yang meningkat, tetapi bagaimana kepercayaan tercipta, bagaimana keputusan dibentuk, dan bagaimana penjual, baik besar maupun kecil, beradaptasi dengan pola konsumsi berbasis pengalaman. Video commerce tidak lagi sekadar fitur, tetapi telah menjadi fondasi baru dari perjalanan konsumen (consumer journey) di Indonesia.

Trend Social Commerce dan Ecommerce di Indonesia: Belanja, Sharing, Komunitas

Konsumen Indonesia Lebih Suka Dipandu, Bukan Dibujuk

Salah satu alasan video commerce booming adalah preferensi konsumen Indonesia yang menyukai penjelasan langsung. Dalam budaya belanja lokal, interaksi dan rasa percaya memainkan peranan vital. Marketplace tradisional yang hanya mengandalkan gambar statis tak lagi cukup. Konsumen ingin melihat cara produk dipakai, hasilnya, kelebihan dan kekurangannya, bahkan bertanya secara real-time kepada host.

Video commerce menjawab kebutuhan tersebut dengan memberikan ruang interaksi yang spontan, natural, dan terlihat tanpa filter. Penonton tidak merasa dipaksa membeli; mereka merasa didampingi dalam proses eksplorasi. Ini selaras dengan psikologi beli konsumen Indonesia yang sangat dipengaruhi oleh rekomendasi, testimoni, dan kedekatan emosional.

Lonjakan 90% transaksi menegaskan bahwa model belanja berbasis panduan ini lebih efektif dibanding sekadar promosi. E-commerce yang mampu menciptakan pengalaman “ditemani” akan unggul di tengah pasar yang padat dan kompetitif.

Meningkatnya Kebutuhan Transparansi Produk dan Supply Chain

Konsumen menjadi semakin skeptis terhadap kualitas produk, terutama di kategori yang rawan seperti kecantikan, kesehatan, elektronik kecil, atau produk rumah tangga. Video commerce membantu menjawab kebutuhan transparansi itu. Di balik itu, ada tantangan besar bagi brand konsistensi kualitas supply chain harus stabil, karena setiap cacat produk akan terlihat jelas di video.

Hal ini memaksa UMKM dan brand lokal meningkatkan kontrol kualitas, manajemen stok, dan ketepatan pengiriman. Supply chain yang buruk kini bukan hanya berdampak pada rating toko, tetapi juga tayangan video yang viral secara negatif. Artinya, video commerce adalah pedang bermata dua, bisa mendongkrak penjualan besar, tapi juga bisa menghancurkan reputasi dalam hitungan menit.

Bagaimana UMKM Paling Diuntungkan oleh Video Commerce

Salah satu temuan menarik dari tren ini adalah UMKM justru menjadi kelompok yang paling diuntungkan. Mereka tidak perlu studio besar, kamera mahal, atau artis terkenal. Host yang natural, jujur, dan mudah diterima lebih disukai konsumen. Seringkali, justru gaya sederhana dan autentik lebih menghasilkan kepercayaan.

UMKM dapat memanfaatkan video commerce sebagai cara mengganti biaya promosi besar. Dengan modal HP dan pencahayaan seadanya, mereka bisa menjangkau ribuan hingga ratusan ribu penonton. Ini membuat video commerce menjadi alat demokratisasi perdagangan, tidak peduli skala bisnis, semua bisa bertarung di panggung yang sama.

Tidak heran, banyak UMKM yang omzetnya justru melonjak setelah mereka rutin melakukan video live, terutama jika produk yang mereka jual termasuk kategori yang membutuhkan demonstrasi seperti fesyen, skincare, kuliner, atau aksesoris rumah.

Dampaknya pada Pola Produksi dan Distribusi Penjual Lokal

Lonjakan konsumsi melalui video commerce memengaruhi banyak aspek operasional:

  1. Perputaran stok lebih cepat

    Live selling membuat permintaan naik tiba-tiba, sehingga penjual harus menyiapkan stok lebih stabil.

    1. Adaptasi produksi cepat (quick response manufacturing)

    UMKM yang dulu produksi batch kecil kini harus menyesuaikan pola berdasarkan data live stream.

    1. Distribusi lebih padat waktu

    Banyak transaksi terjadi dalam jam tertentu (prime time live), sehingga gudang dan kurir harus menyesuaikan ritme.

    1. Kebutuhan supply chain lebih real-time

    Penjual harus memantau stok secara akurat agar tidak kehabisan saat live, yang bisa merusak momentum.

    Rantai pasok lokal kini dipaksa menjadi lebih lincah. Pola lama yang lambat tak lagi relevan.

    Memperkuat Rantai Pasok UMKM di Era Video Commerce

    Di tengah perubahan cepat ini, UMKM membutuhkan dukungan sistem yang tidak hanya membantu menjual, tetapi juga mengelola supply chain mereka. Inilah area di mana Rbiz menjadi sangat relevan. Platform seperti Rbiz membantu UMKM memastikan ketersediaan stok, akurasi inventaris, dan efisiensi distribusi.

    Dengan dashboard real-time dan fitur yang membantu penjual memantau pergerakan barang dari gudang hingga customer, UMKM dapat menyesuaikan ritme produksi dan pengiriman dengan pola penjualan di video live. Rbiz berperan sebagai “infrastruktur di belakang layar” yang memastikan lonjakan permintaan akibat video commerce tidak berubah menjadi beban operasional.

    Ketika penjualan naik tajam, UMKM seringkali kewalahan. Rbiz mengisi celah itu.

    Bagaimana Video Commerce Mengubah Cara Brand Membaca Konsumen

    Data dari video commerce sangat berbeda dari data e-commerce biasa. Selain klik dan transaksi, kini brand bisa membaca:

    • Durasi tontonan
    • Momen ketika penonton mulai tertarik atau keluar
    • Komentar paling sering
    • Respons real-time terhadap produk tertentu
    • Jenis host yang paling disukai

    Insight ini sangat berharga, dimana brand dapat menggunakannya untuk merancang produk baru, memutuskan stok, hingga menentukan strategi pemasaran. Ini membuat video commerce bukan hanya tempat jualan, tetapi alat riset pasar berskala masif yang tidak tersedia pada era e-commerce lama.

    Rbiz dan Masa Depan Integrasi Data Jualan Live

    Salah satu tantangan besar seller live adalah ketidakstabilan data. Banyak transaksi terjadi cepat, banyak stok bergerak dalam hitungan menit, dan penjual perlu sistem yang mampu menangkap itu. Rbiz menjadi relevan kembali di sini karena mendukung pengelolaan inventaris berbasis permintaan.

    Dengan integrasi data logistik dan stok yang lebih rapi, penjual dapat memastikan mereka tidak kehabisan barang saat momentum live terjadi. Di era penjualan cepat, kemampuan ini bisa menjadi penentu apakah penjual naik level atau tenggelam di tengah kompetisi.

    Kesimpulan

    Lonjakan 90% transaksi video commerce bukan sekadar angka ini adalah bukti perubahan perilaku belanja konsumen Indonesia. Pembeli ingin dipandu, ingin diyakinkan secara natural, dan ingin merasakan pengalaman yang dekat dengan dunia nyata. UMKM menjadi pihak yang paling diuntungkan karena mereka dapat tampil apa adanya tanpa biaya besar. Namun, keberhasilan ini hanya bisa berkelanjutan jika supply chain mereka kuat.

    Di sinilah Rbiz mengambil peran penting, memastikan UMKM mampu menangani permintaan yang naik tiba-tiba, stok yang harus selalu siap, dan distribusi yang tidak boleh terlambat. Masa depan e-commerce Indonesia tidak lagi hanya soal fitur, tetapi tentang bagaimana seluruh ekosistem penjual, konsumen, teknologi, dan rantai pasok mampu bergerak cepat dan tetap sinkron.

    Video commerce sudah menjadi bagian dari DNA belanja masyarakat Indonesia, dan Rbiz berada di jalur yang tepat untuk menjadi fondasi operasional bagi bisnis yang ingin bertahan dan tumbuh di era baru ini.

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *