Mengapa Angka 0,0007% Bisa Mengguncang Kepercayaan Publik MBG?

Kepercayaan publik MBG kini menjadi sorotan setelah Presiden menyebut bahwa kasus keracunan dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) hanya sebesar 0,0007% dan masih dalam “koridor kesalahan manusiawi”. Pernyataan ini memang menegaskan bahwa sistem MBG bekerja dengan skala besar dan tingkat kesalahan yang minim. Namun bagi publik, angka sekecil apa pun tetap mengguncang rasa aman terhadap makanan yang dikonsumsi jutaan anak sekolah setiap hari.

Bagi birokrat, 0,0007% mungkin terlihat sebagai bukti keberhasilan pengawasan. Tapi bagi masyarakat, angka itu bukan sekadar statistik melainkan pengingat bahwa kepercayaan publik MBG adalah sesuatu yang rapuh. Sekali terguncang, sulit untuk dikembalikan hanya dengan data atau pernyataan resmi.

Mengapa Jam Masak MBG Sama Pentingnya Dengan Resep?

Apakah Angka Bisa Menenangkan Ketidakpercayaan?

Dalam kebijakan publik, data sering dijadikan bukti keberhasilan. Namun bagi masyarakat, rasa aman lahir bukan dari angka, melainkan dari pengalaman dan bukti nyata. Ketika pemerintah menyampaikan bahwa hanya 0,0007% makanan MBG yang bermasalah, publik tidak otomatis merasa tenang. Mereka justru bertanya, apakah sistem pengawasan sudah benar-benar berjalan di setiap dapur?

Hal inilah yang membuat kepercayaan publik MBG tidak bisa dibangun hanya dengan laporan statistik. Transparansi, evaluasi terbuka, dan komunikasi dua arah dengan masyarakat menjadi fondasi penting agar program besar seperti MBG tidak kehilangan legitimasi moralnya di mata publik.

Tantangan Nyata dari Sistem Besar ke Detail yang Rentan

Program MBG beroperasi dengan skala luar biasa besar jutaan porsi makanan, ribuan dapur SPPG, dan rantai pasok bahan pangan yang panjang. Dalam sistem sebesar itu, kesalahan bisa saja terjadi. Namun, ukuran keberhasilan bukan pada seberapa kecil kesalahan muncul, melainkan seberapa cepat dan jujur sistem meresponsnya.

Jika kasus 0,0007% dijadikan bahan refleksi, bukan pembenaran, maka MBG bisa memperkuat dirinya. Pertanyaannya bukan sekadar “siapa yang salah”, tetapi bagaimana sistem bisa mencegah kesalahan yang sama terulang?

Publik akan lebih percaya jika pemerintah menunjukkan langkah nyata seperti audit terbuka, peningkatan pelatihan dapur, dan evaluasi langsung di lapangan.

Publik Ingin Melihat, Bukan Sekadar Mendengar

Reaksi emosional masyarakat terhadap angka 0,0007% sebenarnya menunjukkan kebutuhan yang lebih dalam, di mana yang diinginkan adalah melihat transparansi, bukan hanya sekadar mendengar klarifikasi. Publik ingin tahu bagaimana bahan pangan disiapkan, dari mana sumbernya, dan bagaimana dapur memastikan kebersihan.

Beberapa daerah mulai membuka dapur SPPG untuk kunjungan masyarakat dan memperketat rapid test bahan pangan dengan pengawasan BPOM dan BGN. Langkah-langkah ini memberi ruang bagi publik untuk terlibat dan memulihkan kepercayaan publik MBG yang sempat goyah.

Dalam hal ini, Rbiz sebagai penyedia bahan pangan untuk dapur SPPG berperan memperkuat rantai pasok melalui sistem keterlacakan digital. Setiap bahan pangan yang dikirim dapat ditelusuri asal-usulnya, dari vendor hingga hasil pengujian kualitas. Pendekatan berbasis data ini membantu memastikan bahwa setiap dapur menerima bahan berkualitas sesuai standar gizi dan sanitasi. Transparansi seperti ini menjadi bukti konkret bahwa kepercayaan bisa dibangun dari proses yang terlihat.

Kesalahan Manusiawi Tak Bisa Menjadikan Sebuah Alasan

Istilah “kesalahan manusiawi” terdengar wajar, tetapi pada sistem sebesar MBG, ia tidak boleh menjadi pembenaran berulang. Kesalahan di dapur bisa terjadi akibat banyak faktor, di antaranya penyimpanan bahan yang kurang tepat, waktu masak yang terburu-buru, atau distribusi yang terlambat. Namun, tanggung jawab sistem adalah memastikan kesalahan itu tidak berdampak luas dan segera dikoreksi.

Penerapan Sertifikat Laik Hygiene dan Sanitasi (SLHS) di seluruh dapur SPPG menjadi langkah penting. Pelatihan berkelanjutan yang dilakukan oleh BGN juga diharapkan mampu meningkatkan kompetensi tenaga dapur dalam menjaga kualitas makanan. Setiap upaya kecil ini merupakan bagian dari upaya besar mengembalikan kepercayaan publik MBG yang sempat goyah.

Dari Angka Menuju Integritas Sistem

Keberhasilan MBG di masa depan tidak ditentukan oleh seberapa kecil angka kesalahan yang dilaporkan, tetapi oleh integritas sistem di baliknya. Program ini harus menunjukkan bahwa setiap rupiah anggaran dan setiap piring makanan diolah dengan penuh tanggung jawab. Itulah cara paling efektif untuk menumbuhkan kepercayaan publik MBG secara berkelanjutan.

Pemerintah perlu memastikan mekanisme pengawasan berjalan dari hulu ke hilir. Data harus terbuka, laporan pengawasan mudah diakses, dan pihak swasta yang terlibat seperti Rbiz terus memperbarui sistem keterlacakan agar rantai pasok tetap bersih dan efisien. Sinergi antara pengawasan pemerintah, pelatihan BGN, dan inovasi swasta akan memperkuat kredibilitas program MBG di mata masyarakat.

Kesimpulan

Angka 0,0007% memang kecil, tapi dampaknya besar terhadap kepercayaan publik MBG. Ia menjadi cermin bahwa di era keterbukaan informasi, masyarakat tidak lagi menilai keberhasilan dari data semata, melainkan dari konsistensi, kejujuran, dan tindakan nyata di lapangan.

Kepercayaan tidak bisa dibangun dengan statistik. Ia tumbuh dari transparansi dan komitmen memperbaiki diri. Kolaborasi dengan sektor swasta seperti Rbiz, yang menyediakan bahan pangan dengan sistem pengawasan mutu digital, membuktikan bahwa ekosistem pangan publik bisa lebih terbuka dan bertanggung jawab.

Pada akhirnya, MBG bukan hanya tentang memberi makan anak negeri, tapi juga tentang membangun sistem pangan yang jujur dan dipercaya. Karena di balik angka sekecil 0,0007%, tersimpan pertanyaan besar mengenai seberapa serius kita menjaga kepercayaan yang menjadi fondasi dari semua program publik?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *